Diberdayakan oleh Blogger.

Find Us On Facebook

Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Jumat, 31 Mei 2019

PEDOMAN PENDIDIKAN KARAKTER


Sambutan 
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 
Republik Indonesia

         Bangsa besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat berdampingan dengan kompetensi yang tinggi, yang tumbuh dan berkembang dari pendidikan yang menyenangkan dan lingkungan yang menerapkan nilai-nilai baik dalam seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan karakter yang kuat dan kompetensi yang tinggilah jati diri bangsa menjadi kokoh, kolaborasi dan daya saing bangsa meningkat sehingga mampu menjawab berbagai tantangan era abad 21. Untuk itu, pendidikan nasional harus berfokus pada penguatan karakter di samping pembentukan kompetensi. Penguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Komitmen ini ditindaklanjuti dengan arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan. Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap mulai tahun 2016. 
       Penguatan Pendidikan Karakter bukanlah suatu kebijakan baru sama sekali karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional. Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. Sudah banyak praktik baik yang dikembangkan sekolah, namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan untuk memastikan agar proses pembudayaan nilai-nilai karakter berjalan dan berkesinambungan. 
      Selain itu, sangat diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif dan bertumpu pada kearifan lokal untuk menjawab tantangan zaman yang makin kompleks, mulai dari persoalan yang mengancam keutuhan dan masa depan bangsa sampai kepada persaingan global. Kebijakan ini akan menjadi dasar bagi perumusan langkah-langkah yang lebih konkret agar penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai utama pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan secara efektif dan menyeluruh. Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim yang sudah menyusun dan menerbitkan buku-buku Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terdiri dari Konsep dan Pedoman PPK, 
      Panduan Penilaian PPK, Modul Pelatihan PPK bagi Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Komite Sekolah, serta Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Calon Pelatih PPK. Buku-buku ini akan menjadi rujukan bagi sekolah dan seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter di sekolah. Saya berharap PPK dapat terlaksana dengan baik dan menghimbau dukungan orang tua, komite sekolah, pengawas, perguruan tinggi dan masyarakat luas untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan dan penyempurnaan kebijakan PPK ini. 
     Semoga PPK dapat menumbuhkan semangat belajar dan mengoptimalkan potensi peserta didik sehingga menjadi warga negara yang memiliki karakter kuat, mencintai bangsanya dan mampu menjawab tantangan era global. 
       Selamat berkarya.

       Muhadjir Effendy

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasional 

      Dunia abad XXI sekarang berbeda secara signifikan dengan dunia abad XX. Dalam skala makro dunia abad XXI sekarang ditandai oleh 6 (enam) kecenderungan penting, yaitu (a) berlangsungnya revolusi digital yang semakin luar biasa yang mengubah sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan termasuk pendidikan, (b) terjadinya integrasi belahan-belahan dunia yang semakin intensif akibat internasionalisasi, globalisasi, hubungan-hubungan multilateral, teknologi komunikasi, dan teknologi transportasi, (c) berlangsungnya pendataran dunia (the world is flat) sebagai akibat berbagai perubahan mendasar dimensi-dimensi kehidupan manusia terutama akibat mengglobalnya negara, korporasi, dan individu, (d) sangat cepatnya perubahan dunia yang mengakibatkan dunia tampak berlari tunggang langgang, ruang tampak menyempit, waktu terasa ringkas, dan keusangan segala sesuatu cepat terjadi, (e) semakin tumbuhnya masyarakat padat pengetahuan (knowledge society), masyarakat informasi (information society), dan masyarakat jaringan (network society) yang membuat pengetahuan, informasi, dan jaringan menjadi modal sangat penting, dan (f) makin tegasnya fenomena abad kreatif beserta masyarakat kreatif yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai modal penting untuk individu, perusahaan, dan masyarakat. Keenam hal tersebut telah memunculkan tatanan baru, ukuran-ukuran baru, dan kebutuhan-kebutuhan baru yang berbeda dengan sebelumnya, yang harus ditanggapi dan dipenuhi oleh dunia pendidikan nasional dengan sebaik-baiknya. 
     Dalam skala mikro pendidikan, dunia abad XXI sekarang juga ditandai oleh adanya imperatif-imperatif global pendidikan, di antaranya Pendidikan untuk Semua (PUS), Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (ESD), Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s), dan Literasi Dunia bagi Pemberdayaan. Selain itu, juga ditandai oleh munculnya temuan-temuan dan pemikiran-pemikiran baru yang berkenaan dengan dimensi tertentu pendidikan, di antaranya temuan neurosains pendidikan dan pembelajaran (misalnya hubungan otak dan belajar), munculnya pelbagai teori kecerdasan, tumbuhnya pemikiran baru pembelajaran (misalnya blended learning, mindful learning), dan kebijakan baru bidang pendidikan dan pembelajaran. Lebih jauh lagi, juga muncul pergeseran peranan dan fungsi pendidikan dalam masyarakat, tugas pranata dan lembaga pendidikan, dan bentuk organisasional pendidikan serta keberadaan modal manusia dalam pendidikan. Hal tersebut menimbulkan konsekuensi tantangan, tuntutan, dan kebutuhan baru dalam sendi-sendi pendidikan termasuk sendi-sendi pendidikan nasional Indonesia.
     Sementara itu, dalam skala regional dan nasional Indonesia, abad XXI ditandai oleh berbagai perubahan mendasar yang paradigmatis. Selain Reformasi pada penghujung abad XX, Indonesia memasuki abad XXI dengan sistem kenegaraan, pemerintahan, bahkan kemasyarakatan dan kebudayaan yang baru, misalnya orientasi baru pembangunan, desentralisasi, otonomi daerah, dan demokrasi serta bonus demografi. Di samping itu, memasuki abad XXI Indonesia mengalami keterbukaan dan interaksi global yang semakin intensif dan masif. Bagi Indonesia, bahkan tahun 2015 menjadi garis batas agenda berbagai kesepakatan dan kebijakan global dan nasional Indonesia di berbagai bidang baik bidang pendidikan maupun non-pendidikan. Berkenaan dengan bidang pendidikan, sebagai contoh, tahun 2015 merupakan tahun terakhir agenda kebijakan Pendidikan untuk Semua (Education For All), Tujuan Pembangunan Milenium (Milenium Development Goals), dan agenda pendidikan nasional. Terkait dengan bidang non-pendidikan, tahun 2015 merupakan tahun dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN, berlakunya berbagai peraturan perundang-undangan baru, dan dimulainya kebijakan baru pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, tahun 2015 menjadi tonggak penting urusan pemerintahan dan kemasyarakatan Indonesia, salah satunya urusan pendidikan nasional Indonesia. 
       Sehubungan dengan itu, sendi-sendi pendidikan nasional Indonesia perlu ditata kembali atau ditransformasikan sedemikian rupa sehingga pendidikan nasional Indonesia semakin sanggup memberi kontribusi berarti bagi kiprah dan kemajuan Indonesia dalam abad XXI yang sudah mengalami perubahan mendasar yang paradigmatis sebagaimana telah disinggung di atas. Di samping itu, penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia itu dihajatkan untuk memberikan tanggapan dan jawaban atas berbagai tantangan, tuntutan, dan kebutuhan baru sebagai konsekuensi berbagai keadaan kekinian. Hal ini menunjukkan bahwa penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia merupakan tugas sejarah (imperatif) yang harus dikerjakan secara sungguh-sungguh. Dikatakan demikian karena tiga alasan. Pertama, bangsa-bangsa di dunia yang sekarang mengalami kemajuan sangat berarti, misalnya Jepang, Singapura, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, dan Finlandia, telah ditopang atau disangga oleh pendidikan yang baik, bermutu, dan maju. Dalam berbagai pemeringkatan pendidikan di aras global, misalnya Learning Curve, TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), dan PISA (Programme for International Student Assessment), negaranegara tersebut selalu menduduki peringkat atas. Kedua, pelbagai studi internasional dan nasional tentang pendidikan Indonesia memberikan justifikasi betapa mendesaknya transformasi pendidikan nasional Indonesia sekarang. Laporan-laporan Bank Dunia, UNDP, dan UNESCO tentang pendidikan Indonesia merekomendasikan transformasi secara terarah pada pendidikan nasional Indonesia supaya Indonesia mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, terhindar dari jebakan-jebakan yang membawa aneka kemerosotan pada satu sisi dan pada sisi lain mampu memanfaatkan peluang-peluang yang terbuka. Ketiga, berbagai fakta dan bukti kinerja pendidikan nasional yang telah dipublikasikan oleh berbagai pihak mengamanatkan betapa mendesaknya penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia secara komprehensif dan sistemis. 
     Penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia tersebut dapat dimulai dengan menempatkan kembali karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam kompetensi. Dengan karakter yang kuat-tangguh beserta kompetensi yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik sangatlah penting atau utama dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Dikatakan demikian karena pada dasarnya pendidikan bertujuan mengembangkan potensi-potensi intelektual dan karakter peserta didik.Hal ini telah dilandaskan oleh berbagai pemikiran tentang pendidikan dan berbagai peraturan perundang-undangan tentang pendidikan. Sebagai contoh, beberapa puluh tahun lalu Ki Hadjar Dewantara,  Bapak Pendidikan Indonesia, telah menandaskan secara eksplisit bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelec) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita” (Karya Ki Hadjar Dewantara Buku I: Pendidikan). Demikian juga laporan Delors untuk pendidikan abad XXI, sebagaimana tercantum dalam buku Pembelajaran: Harta Karun di Dalamnya, menegaskan bahwa pendidikan abad XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran sejagat (five pillar of learning), yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to beserta learning to transform for oneself and society. Selain itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) juga terpapar secara tersurat berbagai kompetensi yang bersangkutan dengan karakter di samping intelektualitas. Ini semua menandakan bahwa sesungguhnya pendidikan bertugas mengembangkan karakter sekaligus intelektualitas berupa kompetensi peserta didik. 
     Sehubungan dengan itu, penyelenggaraan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dapat dikatakan sudah berada pada jalur yang tepat, karena telah memberikan pendidikan  karakter sekaligus membentuk intelektualitas berupa kompetensi. Meskipun demikian, proporsi penerapan pendidikan karakter dengan pendidikan intelektual belum berimbang akibat berbagai faktor. Usaha penyeimbangan pendidikan karakter dengan pembentukan kompetensi senantiasa harus dilakukan. Demi kepentingan masa depan bangsa Indonesia, bahkan sejak sekarang perlu dilakukan pemusatan (centering) pendidikan karakter dalam penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia. Kesadaran sekaligus usaha pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan nasional semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. Hal tersebut perlu dilanjutkan, dioptimalkan, diperdalam, dan bahkan diperluas sehingga diperlukan penguatan pendidikan karakter bangsa. Untuk itu, sejak sekarang perlu dilaksanakan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan mengindahkan asas keberlanjutan dan kesinambungan. 
   Gerakan PPK menempati kedudukan fundamental dan strategis pada saat pemerintah mencanangkan revolusi karakter bangsa sebagaimana tertuang dalam Nawacita (Nawacita 8), menggelorakan Gerakan Nasional Revolusi Mental, dan menerbitkan RPJMN 2014— 2019 berlandaskan Nawacita. Sebab itu, Gerakan PPK dapat dimaknai sebagai pengejawantahan Gerakan Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita. Sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita, Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai dimensi terdalam atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut, Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa, penambahan dan pemajanan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Baik pada masa sekarang maupun masa akan datang, pengintegrasian, pendalaman, perluasan, dan penyelarasan program dan kegiatan pendidikan karakter tersebut perlu diabdikan untuk mewujudkan revolusi mental atau revolusi karakter bangsa. Dengan demikian, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan Revolusi Mental di samping menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung pada terciptanya revolusi karakter bangsa.

B. Situasi Saat Ini 

        Gerakan Nasional Pendidikan Karakter yang secara intensif telah dimulai sejak tahun 2010 sudah melahirkan sekolah-sekolah rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan karakter secara kontekstual sesuai dengan potensi lingkungan setempat. Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter 2010 juga memperoleh dukungan dari masyarakat madani dan Pemerintah Daerah. Pemerintah menyadari bahwa Gerakan Nasional Revolusi Mental yang memperkuat pendidikan karakter semestinya dilaksanakan oleh semua sekolah di Indonesia, bukan saja terbatas pada sekolah-sekolah binaan, sehingga peningkatan kualitas pendidikan yang adil dan merata dapat segera terjadi. Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta seluruh peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan atau mengabaikan beberapa dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik dan spiritual) (Effendy, 2016). Apa yang selama ini kita lakukan baru sebatas olah pikir yang menumbuhkan kecerdasan akademis. Olah pikir ini pun belum mendalam sampai kepada pengembangan berpikir tingkat tinggi, melainkan baru pada pengembangan olah pikir tingkat rendah. Persoalan ini perlu diatasi dengan sinergi berkelanjutan antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat melalui penguatan pendidikan karakter untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, berbudaya, dan berkarakter. Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter untuk mengembangkan rintisan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan delapan belas (18) nilai karakter. Program ini didukung oleh Pemerintah


Selengkapnya dapat diklik disini

Kamis, 30 Mei 2019

KEPRAMUKAAN BAHAN AJAR IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 UNTUK KEPALA SEKOLAH

KEPRAMUKAAN
 BAHAN AJAR IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
 UNTUK KEPALA SEKOLAH

I. PENDAHULUAN

      Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 pada Lampiran III, kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah  satu  perangkat  operasional ( supplement  dan  complements)  kurikulum  yang  perlu  disusun  dan dituangkan  dalam  rencana  kerja tahunan/kalender  pendidikan  satuan pendidikan  (seperti  disebutkan  pada  Pasal  53  ayat  (2)  butir  a  Peraturan Pemerintah  Nomor  19  Tahun  2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013  tentang  Perubahan  Atas  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  Tahun 2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan)  serta  dievaluasi pelaksanaannya  setiap  semester  oleh  satuan  pendidikan  (seperti disebutkan pada Pasal 79 ayat (2) butir b Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun  2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan  sebagaimana  telah diubah  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  32  Tahun  2013  tentang Perubahan  Atas  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  Tahun  2005  tentang Standar Nasional Pendidikan). 

    Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah terbagi menjadi ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta didik mulai dari SD, SMP, SMA/SMK kecuali yang memiliki kekhususan.Kepramukaan merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan dalam menyiapkan anak bangsa menjadi kader bangsa yang berkualitas baik moral, mental, spiritual, intlelektuan, emosional, maupun fisik dan ketrampilan.

     Kegiatan ekstrakurikuler pramuka mengacu pada Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 pada lampiran III, secara jelas dituliskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional kurikulum yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (seperti disebutkan pada Pasal 53 ayat 92) butir a Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan No. 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan serta dievaluasi pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan. 
      
      Kedudukan ekstrakurikuler dalam sistem kurikulum hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi waktu luang, tetapi ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang secara sistematis untuk membangun relevansinya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini, seluruhnya didedikasikan kepada peserta didik, maksudnya menyelenggarakan kegiatan kurikuler maupun ekstra untuk mengembangkan kemampuan,  bakat dan potensi peserta didik.  Secara konsepsional Kurikulum 2013 telah ditata dari landasan filosofis, landasan teoritis dan membangun struktur kurikulum yang komprehensif untuk mencapai kompetensi inti dengan amanat: kompetensi sikap (spiritual dan sosial), kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Ketiga amanat inilah yang harus diperjuangkan dalam setiap proses pendidikan di sekolah, termasuk dengan keberadaan ekstra kurikuler. 

     Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstra kurikuler wajib di Sekolah, agar sejalan dan relevan dengan amanat Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum 2013 maka pelaksanaan harus didisain dalam bentuk Buku Panduan atau Petunjuk Pelaksanaan yang  memiliki kekuatan hukum yang jelas, tentunya tidak saja berdasarkan Peraturan Menteri No.81A tahun 2013 tetapi ditindaklanjuti dengan adanya SKB Mendikinas dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Pelaksanaannya.

1. Konsep Dasar Kepramukaan 
Berikut dideskripsikan tentang konsep dasar kepramukaan sebagai pengetahuan awal yang mendasari kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah yang meliputi: a) sejarah kepramukaan; b) pengertian gerakan pramuka; c) tujuan kegiatan pramuka; d) fungsi kegiatan pramuka; e) tingkatan dalam kepramukaan; f) peraturan dan persyaratan dalam pramuka.
  
a. Sejarah Kepramukaan Pramuka merupakan singkatan dari 

Praja Muda Karana yang berarti kaum muda yang suka berkarya.Di Indonesia sendiri penggunaan istilah “Pramuka” baru resmi digunakan pada tahun 1961. Akan tetapi gerakan pramuka sejatinya telah ada sejak jaman penjajahan Belanda dengan nama kepanduan. 

1) Pendiri Pramuka Tahun 1908, Mayor Jenderal Robert Baden Powell melancarkan suatu gagasan tentang pendidikan luar sekolah  untuk anak-anak Inggris, dengan tujuan agar menjadi manusia Inggris, warga Inggris dan anggota masyarakat Inggris yang baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kerajaaan Inggris Raya ketika itu. Beliau menulis “ S c o u tin g f o r B o y s ” sebuah buku yang berisi pengalaman di alam terbuka bersama pramuka dan latihan-latihan yang diperlukan Pramuka.Gagasan Boden Powell dinilai cemerlang dan sangat menarik sehingga banyak negara-negara lain mendirikan kepanduan. Diantaranya di negeri Belanda dengan nama Padvinder atau Padvinderij. 
Gagasan kepanduan dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia yang pada masa itu merupakan daerah jajahan Hindia Belanda ( N e d e rla n d s O o s t I n die ) , dengan m e n dirik a n N e d e rla n d I n dis c hie P a d vin d e r s V e r e e nigin g (NIPV) atau Persatuan Pandu-pandu Hindia-Belanda.  

2) Sejarah Kepramukaan di Indonesia

Gagasan organisasi Boden Powell tersebut dalam waktu singkat menyebar ke berbagai negara termasuk Belanda.Di belanda gerakan pramuka dinamai Padvinder .Pada masa itu Belanda yang menguasai Indonesia membawa gagasan itu ke Indonesia. Akhirnya mereka mendirikan organisasi tersebut di Indonesia dengan nama NIPV ( N e d e rla n d I n dis c h e P a d vin d e r s Vereeniging = Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda). 
Selanjutnya dalam perkembangan, pemimpin-pemimpin gerakan nasional Indonesia mendirikan organisasi kepanduan dengan tujuan membentuk manusia Indonesia yang baik dan siap menjadi kader pergerakan nasional.Dalam waktu singkat muncul berbagai organisasi kepanduan antara lain JPO ( J a v a a n s e P a d vin d e r s Organizatie ), JJP ( J o n g J a v a P a d vin d e r y ), NATIPIJ ( Nationale Islamitsche Padvindery ), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery ), HW ( Hisbul Watho)

Kemudian pemerintah Hindia Belanda memberikan larangan penggunaan istilah Padvindery .  Maka K.H. Agus Salim mengganti nama Padvindery menjadi Pandu atau Kepanduan dan menjadi cikal bakal dalam sejarah pramuka di Indonesi Setelah sumpah pemuda kesadaran nasional juga semakin meningkat, maka pada tahun 1930 berbagai organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung melebur menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada tahun 1931 dibentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) kemudian pada tahun 1938 berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia). 
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia organisasi Kepanduan dilarang, maka banyak dari tokoh Pandu yang beralih dan memilih masuk Keibondan, Seinendan, dan PETA.

Setelah proklamasi kemerdekaan kembali dibentuk orgasisasi kepanduan yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 dan menjadi satu-satunya organisasi kepanduan.Pada tahun 1961 organisasi kepanduan di Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan dan terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia) berdiri 13 September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) tahun 1954 dan PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia). Sadar akan kelemahan terpecah-pecah akhirnya ketiga federasi yang menghimpun bergabung menjadi satu dengan nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).

Untuk lebih lengkap klik disini

Selasa, 14 Mei 2019

CONTOH RPPH 2019





RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)
TAMAN KANAK-KANAK .........................................
DESA ..................KECAMATAN ................ KABUPATEN ......................

Semester / Minggu ke      : ................ / .............................
Hari/ Tanggal/ Bulan       : ..................., .......................................... 2019
Usia                                 : 4 – 5 tahun
Tema/ Sub Tema              : Binatang / Binatang yang hidup didarat
Kelompok                        : A

Materi Kegiatan :
·         Mengetahui hewan adalah ciptaan Tuhan (Nam, 1.1)
·         Menirukan gerakan binatang (Fis, 4.3)
·         Menyebutkan contoh binatang yang hidup didarat dan bagian- bagiannya (Kog, 2.2, 3.8)
·         Menirukan berbagai bunyi atau suara binatang ( Bhs, 3.11)
·         Sabar menunggu giliran (Sos, 2.7)
·         Menggambar dan mewarnai kepala kucing (Seni, 2.4, 3.15)

Materi yang Masuk SOP untuk Pembiasaan (20 menit)
·         Berbaris
·         Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan
·         Membaca iqrar dan pancasila
·         Doa sebelum belajar dan mengenal aturan main masuk dalam SOP pembukaan
·         Mencuci tangan masuk dalam SOP sebeum dan sesudah makan

Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan pembelajaran saintifik dengan metode bercakap-cakap, demontrasi, pemberian tugas anak dapat:
·         mengetahui hewan darat ciptaan Tuhan dan dapat mensyukuri dalam kehidupan sehari-hari.
·         menirukan gerakan binatang darat dengan lentur dan tepat
·         menyebutkan contoh binatang yang hidup didarat dan bagian- bagiannya dengan tepat
·         menirukan berbagai bunyi atau suara binatang darat dengan baik dan benar
·         menunjukan sikap sabar menunggu giliran saat menirukan gerakan dan bunyi binatang dengan sabar
·         menggambar dan mewarnai kepala binatng kucing dengan baik.

Pendekatan dan Metode Pembelajaran
·         Pendekatan      : Saintifik
·         Metode            : Bercakap-cakap, demontrasi, pemberian tugas



Media Pembelajaran, Alat dan Bahan Pembelajaran:
·         Media Pembelajaran: Vidio Binatang Darat, Gambar beberapa contoh hewan darat.
·         Alat dan Bahan :
1.      Alat            : LCD, Lektop
2.      Bahan         : Lembar aktivitas anak, krayon

A. Pembukaan (15 menit)
·         Guru menyapa anak dengan menucapkan salam “Ucapkan salam” jawab “salam”, kemudian mengajak anak bernyanyi “........”.
·         Guru dan anak melakukan tanya jawab tentang kondisi kesehatan anak-anak.
·         Guru dan anak mengucapkan syukur atas rahmat yang diberikan, kemudian mengajak anak untuk berdo’a sebelum belajar dan membaca surat “Al-Fatihah”.
·         Guru dan anak melakukan absen kehadiran.
·         Dengan Tanya jawab guru menggali kemampuan dasar anak tentang “Binatang yang Hidup Darat” yang ada dilingkungannya.
·         Guru menjelaskan materi pembelajaran dan aturan kegiatan yang harus dipatuhi anak.
·         Peserta didik menyimak apa yang sampaikan guru.

B. Inti (45 menit)
·         Guru mengajak anak menyiapkan alat pembelajaran;
·         Guru mengajak anak menyanyikan lagu “Bernyanyi dalam Lingkaransambil menirukan gerakannya;
·         Mengamati: (..... menit)
-          Guru mengajak anak mengamati Vidio / Gambar macam-macam binatang darat;
-          Peserta didik mengamati berbagai macam binatang darat cara gerak, bunyi atau suaranya;
-          Guru membimbing anak mengamati video/ gambar binatang darat dan mendorong anak untuk memiliki hasrat ingin tahu;
·         Menanya: ( ...... menit)
-          Guru mendorong kepada anak untuk bertanya dimana mereka melihat binatang yang diamati;
-          Guru mendorong kepada anak untuk mencari tahu bagaimana bunyi dan cara bergerak binatang yang mereka amati;
·         Mengumpulkan Informasi ( ...... menit)
-          Dengan metode bercakap-cakap strategi bermain-main dengan teman-temannya, guru mendorong anak untuk mencari informasi “macam-macam binatang darat”.
-          Guru memberikan tugas pada anak untuk mencari 1-5 macam binatang darat, dan menunjukkan bunyi serta cara bergeraknya.
-          Peserta didik berkolaborasi saling bertanya untuk mengumpulkan 1-5 macam binatang darat, dan bunyi dan cara bergerak.
-          Guru membimbing dan mengamati kegiatan anak dalam berkolaborasi.



·         Menalar: ( ........... menit)
-          Melalui metode pemberian tugas “Lembar Kerja Anak” guru mendorong anak untuk mengumpulkan ketrampilan mengenal dan membentuk sala satu binatang darat dengan cara menggambar dan mengaksir kepala binatang “Kucing”.
-          Peserta didik mengambar dan memberikan warna kepala “kucing” yang ada pada lembar kerja anak (LKA).
-          Guru membimbim dan mengamati kegiatan anak dalam mengerjakan tugas.
·         Mengkomunikasi: (...... menit)
-          Guru mengajak anak bertepuk dan bernyanyi untuk mendinginkan uasana setelah mengerjakan tugas;
-          Guru mengajak anak duduk santai dalam bentuk lingkaran;
-          Guru mendorong anak untuk mengkomunikasikan dengan menyebut binatang darat yang anak kenal dan mendemontrasikan bunyi dan cara bergeraknya;
-          Peserta didik secara bergiliran melakukan komunikasi dengan menyebut binatang darat yang anak kenal dan mendemontrasikan bunyi dan cara bergeraknya;
-          Guru membimbing dan mengamati hasil perkembangan anak dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat evaluasi pembelajaran.
-          Guru memberikan refleksi tentang kegiatan yang dilakukan dan menanyakan apa yang tiperoleh anak dalam pembelajaran;
-          Guru dan anak untuk merapikan alat dan bahan pembelajaran.

C. Istirahat ( 20 menit )
·         Guru membimbing dan memberikan penjelasan dalam kegiatan istirahat;
·         Guru membimbing anak cuci tangan, menyiapkan makan dan berdo’a sebelum dan sesuda makan.
·         Peserta didik melakukan makan bersama bekal yang di bawa;
·         Guru mengamati dan mengawasi kegiatan anak dalam bermain bebas saat istirahat.

D. Penutup (20 menit)
·         Pendidik menanyakan perasaan selama bermain hari ini
·         Bercakap – cakap kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini
·         Bercerita pendek yang berisi pesan – pesan
·         Menginformasikan kegiatan esok hari
·         Berdoa setelah belajar dan salam

E. Rencana penilaian

1. Program, Teknik dan Indikator Penilaian
Program pengembangan
Teknik Penilaian
KD
Indikator
Nilai agama dan moral
Unjuk Kerja
1.1
Mengetahui hewan adalah ciptaan Tuhan
Fisik Motorik
Unjuk Kerja
4.3
Menirukan gerakan binatang berjalan
Kognitif
Percakapan
2.2, 3.8
Menyebutkan 1-5 beberapa contoh binatang yang hidup didarat
Sosial Emosional
Observasi
2.7
Sabar menunggu giliran
Bahasa
Percakapan
3.11
Menirukan berbagai bunyi atau suara binatang
Seni
Observasi
2.4, 3.15
Menggambar kepala kucing

2. Rubrik Penilaian
Indikator
Skala
Deskresi Pencapaian Perkembangan
Mengetahui hewan adalah ciptaan Tuhan
BB
Anak mengetahui hewan ciptaan Tuhan masi mendapat bimbingan dan contoh dari guru
BM
Anak mengetahui hewan ciptaan Tuhan masi diingatkan / dibimbing oleh guru
BSH
Anak mengetahui hewan ciptaan Tuhan sudah dapat melakukannya secara mandiri tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
BSB
Anak mengetahui hewan ciptaan Tuhan sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten.
Menirukan gerakan binatang berjalan
BB
Anak dapat menirukan gerakan binatang berjalan dengan mendapat bimbingan dan contoh dari guru
BM
Anak dapat menirukan gerakan binatang berjalan masi diingatkan / dibimbing oleh guru
BSH
Anak dapat menirukan gerakan binatang berjalan dilakukannya secara mandiri tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
BSB
Anak dapat menirukan gerakan binatang berjalan dengan dilakukannya secara mandiri dan konsisten.
Menyebutkan 1-5 beberapa contoh binatang yang hidup di darat
BB
Anak dapat menyebutkan 1-2 beberapa contoh binatang yang hidup di darat dengan mendapat bimbingan dan contoh dari guru
BM
Anak dapat menyebutkan 1-3 beberapa contoh binatang yang hidup di darat masi diingatkan / dibimbing oleh guru
BSH
Anak dapat menyebutkan 1-4 beberapa contoh binatang yang hidup di darat secara mandiri tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
BSB
Anak dapat menyebutkan 1-5 beberapa contoh binatang yang hidup di darat secara mandiri dan konsisten.
Sabar menunggu giliran
BB
Anak belum dapat menunjukkan sikap sabar, menghargai teman sehingga selalu dibimbing dan diberi pengarahan guru
BM
Anak cukup dapat menunjukkan sikap sabar, menghargai teman walaupun masih mendapat bimbingan dan pengarahan guru
BSH
Anak dapat menunjukkan sikap sabar, menghargai teman walaupun tanpa bimbingan dan pengarahan guru
BSB
Anak dapat menunjukkan sikap sabar, menghargai teman dalam pembelajaran secara konsiten.
Menirukan berbagai bunyi atau suara binatang
BB
Anak dapat menirukan berbagai bunyi atau suara binatang dengan mendapat bimbingan dan contoh dari guru
BM
Anak dapat menirukan berbagai bunyi atau suara binatang masi diingatkan / dibimbing oleh guru
BSH
Anak dapat menirukan berbagai bunyi atau suara binatang secara mandiri tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
BSB
Anak dapat menirukan berbagai bunyi atau suara binatang melakukannya secara mandiri dan konsisten.
Menggambar kepala kucing
BB
Anak belum dapat menggambar dan mewarnai kepala kucing dengan mendapat bimbingan dan contoh dari guru
BM
Anak cukup dapat menggambar dan mewarnai kepala kucing  dan masi diingatkan / dibimbing oleh guru
BSH
Anak dapat menggambar dan mewarnai kepala kucing sesuai harapan secara mandiri tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
BSB
Anak dapat menggambar dan mewarnai kepala kucing sesuai harapan dengan dilakukannya secara mandiri dan konsisten.

                                                                     Gresik, ..........................................2019

Mengetahui:                                                 Guru
Kepala Sekolah





.................................................                    ...................................................
NIP/NIG ..................................                  NIM. ...........................................


















Lampiran 1 : Lembar Kerja Anak






Buat sesuai dengan tugas pada RPPH





































Lampiran 2: Media Pembelajaran

Lampirkan Contohnya.